Semakin Banyak Jumlah Plus pada Sunscreen, Semakin Green Flag?

 


Sumber: https://i.pinimg.com/736x/aa/b1/33/aab133d8750bf258ae1b230e8b346172.jpg (Pinterest, diakses 05 November 2025)

Sunscreen atau tabir surya merupakan produk perawatan kulit yang berfungsi melindungi kulit dari paparan langsung sinar ultraviolet (UV) yang berasal dari matahari. Cara kerja sunscreen adalah dengan menyerap, memantulkan, atau menghamburkan sinar UV sehingga jumlah radiasi yang mencapai permukaan kulit dapat diminimalkan. Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor utama penyebab kerusakan kulit, mulai dari munculnya flek hitam hingga penuaan dini. Oleh karena itu, penggunaan sunscreen menjadi langkah penting dalam melindungi kulit dari efek buruk sinar ultraviolet (UV). Saat ini, banyak produk sunscreen di pasaran yang mencantumkan keterangan seperti “PA+”, “PA++”, hingga “PA++++”. Tidak sedikit pula masyarakat yang menganggap bahwa semakin banyak jumlah tanda plus pada label sunscreen, maka semakin baik pula kualitas perlindungannya.


Apa Itu Sunscreen?

Sunscreen atau tabir surya merupakan produk pelindung kulit yang dirancang untuk meminimalkan dampak buruk paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Radiasi sinar UV terdiri dari dua jenis utama, yaitu UVA dan UVB. Sinar UVA mampu menembus lapisan kulit yang lebih dalam dan menjadi penyebab utama penuaan dini, sedangkan sinar UVB cenderung menyebabkan kulit terbakar (sunburn). Untuk melindungi kulit dari kedua jenis radiasi tersebut, sunscreen bekerja dengan cara menghambat atau mengurangi jumlah sinar UV yang mencapai permukaan kulit.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, sunscreen dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu chemical sunscreen dan physical sunscreen. Chemical sunscreen mengandung senyawa organik seperti avobenzone, octocrylene, atau oxybenzone yang bekerja dengan menyerap sinar UV, kemudian mengubah energi radiasi tersebut menjadi panas yang tidak berbahaya bagi kulit. Sementara itu, physical sunscreen yang sering disebut juga mineral sunscreen mengandung bahan anorganik seperti zinc oxide (ZnO) dan titanium dioxide (TiO₂) yang berfungsi memantulkan dan menyebarkan sinar UV sehingga tidak sempat menembus lapisan kulit.

Mengenal Sinar UV: UVA vs UVB

Sinar ultraviolet (UV) merupakan bagian dari spektrum cahaya matahari yang tidak terlihat oleh mata manusia, tetapi memiliki energi cukup tinggi untuk memengaruhi struktur kimia di permukaan kulit. Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar UV dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu UVA (320–400 nm), UVB (290–320 nm), dan UVC (100–290 nm). Dari ketiganya, hanya UVA dan UVB yang berhasil mencapai permukaan bumi karena UVC sepenuhnya diserap oleh lapisan ozon di atmosfer.

Sinar UVA memiliki panjang gelombang lebih besar sehingga mampu menembus hingga lapisan dermis kulit, menyebabkan kerusakan kolagen, elastin, dan DNA sel kulit secara perlahan. Paparan UVA dalam jangka panjang sering dikaitkan dengan penuaan dini (photoaging), munculnya flek hitam, dan bahkan peningkatan risiko kanker kulit. Berbeda dengan itu, sinar UVB memiliki energi lebih tinggi namun jangkauan penetrasinya lebih dangkal. Jenis sinar ini menjadi penyebab utama kulit terbakar (sunburn) serta kemerahan setelah terpapar matahari tanpa perlindungan yang memadai. Perbedaan karakteristik antara UVA dan UVB inilah yang menjadi alasan mengapa perlindungan terhadap keduanya harus diukur secara terpisah. Satuan SPF (Sun Protection Factor) digunakan untuk menunjukkan tingkat perlindungan terhadap sinar UVB, sementara PA (Protection Grade of UVA) digunakan untuk menggambarkan efektivitas sunscreen dalam menahan efek buruk dari sinar UVA.

SPF VS PA

Sunscreen bekerja dengan prinsip dasar melindungi kulit dari dua jenis radiasi utama sinar ultraviolet, yaitu UVA dan UVB, melalui mekanisme yang direpresentasikan oleh nilai SPF dan PA. Keduanya berfungsi berbeda namun saling melengkapi dalam mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari. SPF (Sun Protection Factor) berperan dalam melindungi kulit dari radiasi UVB, yaitu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang lebih pendek (280–320 nm) yang menjadi penyebab utama kulit terbakar (sunburn) dan kerusakan DNA sel kulit. Secara mekanistik, filter UVB pada sunscreen bekerja dengan menyerap, memantulkan, atau menghamburkan sinar UVB agar tidak menembus lapisan epidermis kulit. Filter ini dapat berupa bahan kimia seperti Octocrylene, Homosalate, atau Ethylhexyl Methoxycinnamate (Octinoxate) yang menyerap energi foton UV dan melepaskannya kembali dalam bentuk panas yang tidak berbahaya.

Sementara itu, PA (Protection Grade of UVA) menunjukkan kemampuan sunscreen dalam melindungi kulit dari sinar UVA (320–400 nm), yang menembus lebih dalam ke lapisan dermis dan menyebabkan penuaan dini, flek hitam, serta penurunan elastisitas kulit. Filter UVA bekerja dengan cara menyerap energi foton UVA sehingga mencegah terjadinya pembentukan radikal bebas (Reactive Oxygen Species, ROS) yang dapat merusak kolagen, elastin, maupun DNA sel kulit. Senyawa seperti Avobenzone, Tinosorb S dan M, serta mineral Zinc Oxide dan Titanium Dioxide banyak digunakan karena efektivitasnya dalam memblokir sinar UVA secara stabil.

Arti PA+++ Pada Sunscreen

PA adalah singkatan dari Protection Grade of UVA yaitu indikator yang menunjukkan seberapa baik sunscreen melindungi kulit dari paparan sinar UVA. Jika SPF fokus pada perlindungan UVB yang menyebabkan kulit terbakar, maka PA berfungsi melindungi kulit dari penuaan dini, keriput, dan risiko kerusakan jangka panjang akibat UVA. Sistem penilaian PA pertama kali dikembangkan di Jepang, yang diadaptasi dari metode Persistent Pigment Darkening (PPD). Dalam metode ini, kulit diberi paparan sinar UVA untuk melihat seberapa lama waktu yang dibutuhkan hingga kulit mengalami penggelapan atau tanning.

Tanda PA pada produk sunscreen merupakan sistem yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kemampuan sunscreen dalam melindungi kulit dari paparan sinar UVA. Sinar UVA merupakan jenis sinar ultraviolet yang mampu menembus lapisan kulit lebih dalam, dan menjadi salah satu penyebab utama penuaan dini, munculnya flek hitam, serta peningkatan risiko kanker kulit. Sistem penilaian PA pertama kali diperkenalkan di Jepang oleh Japan Cosmetic Industry Association (JCIA) dan diukur menggunakan metode Persistent Pigment Darkening (PPD). Metode ini menilai seberapa lama kulit mengalami penggelapan atau tanning setelah terpapar sinar UVA. Semakin tinggi nilai PPD yang diperoleh, maka semakin kuat pula tingkat perlindungan produk terhadap radiasi UVA.


PA+ dan Mekanismenya

Sistem penilaian PA+ pertama kali dikembangkan di Jepang dan didasarkan pada metode Persistent Pigment Darkening (PPD) Test, yaitu uji yang mengukur seberapa lama kulit terlindungi dari penggelapan akibat paparan sinar UVA dibandingkan dengan kulit tanpa perlindungan sunscreen. Hasil pengujian tersebut kemudian diklasifikasikan dalam skala penilaian berbasis tanda tambah (plus), yang menunjukkan tingkat perlindungan terhadap sinar UVA. Klasifikasinya terdiri dari:

·         PA+ : proteksi lemah (PPD 2)

·         PA++ : proteksi sedang (PPD 4)

·         PA+++ : proteksi tinggi (PPD 8)

·         PA++++: proteksi sangat tinggi (PPD 16)

Secara kimia, sunscreen dengan jumlah tanda PA+ yang lebih banyak biasanya mengandung konsentrasi lebih tinggi atau kombinasi filter UVA yang lebih efektif. Beberapa senyawa aktif yang umum digunakan antara lain Avobenzone (Butyl Methoxydibenzoylmethane) yang berfungsi menyerap sinar UVA panjang (340–400 nm), Tinosorb S dan Tinosorb M yang stabil serta mampu menyerap sinar UVA dan sebagian UVB, serta Zinc Oxide dan Titanium Dioxide yang bekerja dengan cara memantulkan sinar UVA dan UVB dari permukaan kulit.

Semakin tinggi nilai PA+, semakin baik pula kemampuan sunscreen dalam melindungi kulit dari efek merusak sinar UVA. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tingkat PA, semakin banyak molekul penyerap UVA yang terkandung dalam formula sunscreen. Secara kimiawi, molekul penyerap UVA umumnya memiliki ikatan rangkap terkonjugasi (π-bond conjugation) yang mampu menyerap energi foton dari sinar UVA dan berpindah ke keadaan tereksitasi. Energi berlebih tersebut kemudian dilepaskan kembali dalam bentuk panas atau fluoresensi, sehingga mencegah kerusakan pada DNA dan kolagen kulit. Dengan demikian, semakin tinggi nilai PA, semakin besar pula kapasitas penyerap foton UVA, yang berarti semakin sedikit radikal bebas (Reactive Oxygen Species, ROS) yang terbentuk di kulit. Hal inilah yang menjadikan sunscreen dengan PA tinggi lebih efektif dalam mencegah penuaan dini dan menjaga kesehatan kulit jangka panjang.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak tanda “+” pada label PA suatu sunscreen, maka semakin tinggi pula tingkat perlindungan produk tersebut terhadap sinar UVA. Hal ini menunjukkan bahwa sunscreen mampu memberikan perlindungan yang lebih efektif terhadap efek jangka panjang sinar matahari seperti penuaan dini, munculnya flek hitam, hingga kerusakan kolagen pada kulit. Namun, tingginya nilai PA tidak selalu berarti paling cocok untuk semua orang, pemilihan sunscreen tetap perlu disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi kulit, serta intensitas paparan sinar matahari yang dihadapi sehari-hari.





DAFTAR PUSTAKA

Adiningtyas, V. (2025, September 09). Anessa.id. Retrieved from https://www.anessa.id/for- you/apa-itu-spf

Azzahra, D. (2025, April 23). BeautyHub.id. Retrieved from https://beautyhub.id/ini-arti-spf- dan-pa-pada-sunscreen-yang-penting-untuk-diketahui/

Rustaviani,       E.       (2022,       Juni        25).       Avoskinbeauty.com.       Retrieved       from https://blog.avoskinbeauty.com/mengenal-arti-dari-pa-pada-produk-sunscreen/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolom Kromatografi Dan Prinsip Kerjanya

Segitiga Api dan Rahasia Dibalik Nyala Api

Benarkah Madu Tidak Bisa Kedaluwarsa? Ini Penjelasan Ilmiahnya!