TERNYATA ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PENTING DI LABORATORIUM, BUKAN CUMA JAS LAB LOH!

 

Kalau mendengar kata Alat Pelindung Diri (APD) di laboratorium, kebanyakan orang langsung membayangkan jas laboratorium. Tidak salah, karena jas laboratorium memang identik dengan kegiatan penelitian dan eksperimen. Namun, laboratorium bukan hanya tempat penuh alat canggih, melainkan juga ruang yang penuh potensi risiko bahaya. Ada banyak bahan kimia yang sifatnya toksik (beracun), korosif (merusak bahan atau jaringan tubuh), reaktif (dapat bereaksi dengan substansi lain), atau bahkan mudah terbakar. Contoh zat yang berbahaya di laboratorium kimia seperti, asam klorida (HCl), amonia (NH3), Sodium hidroksida (NaOH), dan masih banyak lagi bahan bahan atau zat zat yang berbahaya lainnya. Tanpa perlindungan yang tepat, risiko cedera bisa terjadi kapan saja. Karena itulah, APD di laboratorium tidak bisa dianggap sepele, dan jas laboratorium bukanlah satu-satunya pelindung yang harus digunakan.

Menurut Ramli (2010), proses terjadinya kecelakaan kerja diakibatkan oleh empat unsur yaitu (People, Equipment, Material, dan Environment (PEME) yang saling berinteraksi. Kecelakaan kerja disebabkan oleh terkena tumpahan bahan kimia, terjatuh atau terpeleset, kontak dengan panas, terkena pecahan glassware, terkena sengatan listrik, mata terpecik bahan kimia, kebakaran, peledakan, iritasi kulit, keluhan pusing. Peristiwa kontak dengan panas ialah kejadian musibah kerja yang sangat kerap terjadi di laboratorium, diiringi oleh terserang tumpahan bahan kimia serta keluhan pusing yang dialami oleh responden sebab menghisap bahan kimia dikala melaksanakan aktivitas di laboratorium. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Terjadinya kecelakaan kerja bersumber dari kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang Alat Pelindung Diri (APD) saat praktikum. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Maka dari itu saat memasuki laboratorium kita harus memakai alat pelindung diri (APD), memakai Alat Pelindung Diri (APD) di laboratorium kimia sangat penting untuk melindungi diri dari potensi bahaya yang dapat terjadi selama eksperimen atau pekerjaan dengan bahan kimia. Penggunaan APD seharusnya tidak terbatas pada jas laboratorium semata. Masih ada beberapa perlindungan lain yang memiliki peran sama pentingnya dalam menjaga  keselamatan dan kesehatan pekerja laboratorium. Dengan APD yang tepat, kemungkinan kecelakaan dapat diminimalkan, kesehatan jangka panjang lebih terjaga, dan pekerjaan di laboratorium bisa dilakukan dengan aman.

Selain memahami jenis APD, penting juga untuk mengetahui bahwa APD dibedakan menjadi tiga level sesuai tingkat risiko. APD level 1 meliputi jas lab, masker dan sarung tangan sederhana untuk perlindungan dasar. APD level 2 mencakup penggunaan gown, goggles, masker N95, dan sarung tangan yang lebih tahan terhadap bahan berbahaya. Sementara itu, APD level 3 digunakan pada kondisi berisiko tinggi, seperti penanganan bahan kimia beracun, infeksius, atau radioaktif, dengan perlengkapan hazmat suit, Masker N95, Sarung tangan, goggles, dan sepatu bot tahan bahan kimia.

    PRINSIP APD

Prinsip penggunaan alat pelindung diri harus mampu melindungi semua bagian tubuh, mulai dari kulit hingga mata, terhadap risiko cedera seperti tertusuk, tergores, atau alergi/iritasi kulit. Selain itu, juga perlindungan terhadap kerusakan dan bahkan kehilangan nyawa. Setiap jenis alat pelindung diri memiliki fungsi dan cara penggunaannya masing-masing. Oleh karena itu, sebelum digunakan, harus dipastikan bahwa pengguna mampu menggunakan alat tersebut dengan benar. Alat pelindung diri harus tersedia di tempat yang mudah dijangkau dan selalu dalam kondisi siap pakai. Dengan demikian, sebelum melakukan praktikum atau penelitian, semua alat harus dipastikan tersedia dan dapat digunakan dengan tepat.

JENIS APD YANG UMUM DIGUNAKAN DI LABORATORIUM KIMIA


                                                            

 

Gambar 1. Poster Keselamatan Kerja di Laboratorium


(Sumber: https://share.google/images/igG66UPY4W8qPHQjr)

 

Jas Laboratorium: Melindungi tubuh dari percikan bahan kimia

     Macam- macam Jas Laboratorium :

1.     Jas lab katun biasa → ringan, untuk praktikum umum.

2.     Jas lab tahan api (flame-resistant) → untuk bekerja dengan pemanas/Bunsen.

3.     Jas    lab    anti-cairan    (fluid-resistant)        melawan         percikan                bahan                   kimia korosif/biologis.

Kacamata pelindung (safety goggles): Melindungi mata dari percikan bahan kimia atau partikel asing

Sarung Tangan: Mencegah kontak langsung dengan bahan kimia berbahaya

     macam- macam sarung tangan :

1.  Nitril: tahan kimia (asam, basa, pelarut organik), lebih kuat dari lateks.

2.  Lateks: fleksibel, bagus untuk mikrobiologi, tapi bisa bikin alergi.

3.  Vinil: murah, untuk proteksi jangka pendek, tidak terlalu kuat.

4.  Cut-resistant (Kevlar/mesh): mencegah luka tusuk/sobek (misalnya kawat, pisau).

5.  Heat-resistant: tahan panas, untuk oven/autoklaf/casting logam.

6.  Cryogenic gloves: khusus untuk nitrogen cair / suhu sangat rendah.

 

Masker atau Alat Pernapasan: Melindungi dari uap, gas, atau partikel berbahaya di udara

Sepatu Tertutup: Melindungi kaki dari bahan kimia yang tumpah atau tumpahan cairan berbahaya

Penutup rambut: mencegah rambut terkontaminasi atau terkena api Bunsen.


    APD YANG PALING PENTING



Gambar 2. safety goggles

(Sumber:  https://www.teachersource.com/product/standard-adult-safety-glasses)

Meski semua APD sangat penting, ada beberapa yang benar-benar wajib dipakai kapan pun saat berada di laboratorium. Yang paling utama adalah kacamata pelindung (safety goggles). Mata adalah organ yang sangat sensitif dan tidak bisa diganti jika rusak. Percikan larutan kimia sedikit saja dapat mengakibatkan kebutaan permanen. Karena itu, kacamata keselamatan dianggap sebagai APD nomor satu di laboratorium. Mata adalah salah satu organ tubuh yang paling sensitif sekaligus paling rentan terhadap bahaya di laboratorium. Hampir semua kegiatan eksperimen berpotensi menimbulkan risiko pada mata, mulai dari percikan larutan, uap bahan kimia, serpihan kaca, hingga paparan sinar UV dari peralatan tertentu. Jika kulit terkena percikan asam atau basa, luka bakar kimia masih bisa ditangani dengan pencucian dan perawatan medis. Tetapi jika cairan kimia masuk ke mata, kerusakan bisa terjadi dalam hitungan detik dan sering kali bersifat permanen.

Setelah kacamata, jas laboratorium juga penting untuk melindungi sebagian besar tubuh dari percikan cairan kimia, Jas laboratorium harus digunakan dengan benar yaitu, tertutup semua kancing. Bagi yang menggunakan jilbab, maka jilbab harus dimasukkan ke dalam jas laboratorium untuk menghindari jas terkena kontaminasi baik bahan infeksius maupun reagen yang digunakan selama bekerja di laboratorium. Jika tidak menggunakan jilbab, maka rambut harus dalam keadaan pendek atau diikat. Sehingga jika suatu saat menggunakan Bunsen, tidak ada risiko berbahaya terpapar api dan menyebabkan kebakaran, as harus dilepas saat keluar dari laboratorium. Jika jas laboratorium terkontaminasi bakteri, maka harus dilakukan dekontaminasi misalkan menggunakan khlorin terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam laundry.

Kemudian Sarung tangan melindungi tangan sebagai bagian tubuh yang paling sering kontak langsung dengan bahan. Penggunaan sarung tangan harus mampu menutup sampai masuk ke bagian dalam dari jas laboratorium, Perhatikan bahwa sarung tangan yang digunakan tidak robek atau berlubang, dan gunakan sesuai dengan ukuran tangan, tidak terlalu sempit atau terlalu longgar. menurut OSHA, Bahan Latex cukup sering digunakan di dalam laboratorium karena memiliki keuntungan murah, dan penampilan yang bagus, namun sering menyebabkan alergi oleh sebab itu gunakan bahan vinil atau sarung tangan non latex apabila terjadi gejala alergi dan Cuci tangan pakai sabun & air hangat setelah lepas sarung tangan. Latex adalah protein alami dari tumbuhan yaitu getah pohon karet yang menyebabkan sarung tangan Latex biasa dipakai untuk membuat sarung tangan sekali pakai. Sarung tangan harus dipakai setiap saat, dan tersedia secara rutin untuk staf laboratorium. Penggunaan sarung tangan yang efektif bergantung pada dua aturan sederhana:

1.     Lepas sarung tangan saat meninggalkan area laboratorium, agar tidak mencemari benda lain seperti telepon, gagang pintu, dan pena.

2.     Jangan pernah menggunakan ulang sarung tangan. Jangan mencoba mencuci atau mendekontaminasi sarung tangan—karena akan muncul retakan mikro, menjadi lebih berpori, dan kehilangan sifat pelindungnya. Setelah dipakai, sarung tangan harus dibuang ke limbah terkontaminasi.

Jika sarung tangan yang digunakan terkontaminasi dengan bahan infeksius atau diduga infeksius, atau robek, lakukan penggantian dengan sarung tangan baru. , sedangkan sepatu tertutup wajib digunakan untuk melindungi kaki dari pecahan kaca atau tumpahan cairan. APD tambahan seperti masker, face shield, atau penutup rambut tetap memiliki peran penting, namun penggunaannya biasanya menyesuaikan dengan tingkat risiko eksperimen yang dilakukan.

APD tidak hanya sekadar dipakai, tetapi juga harus digunakan dengan benar. Kacamata laboratorium, misalnya, harus menutup rapat bagian mata dan tidak boleh diganti dengan kacamata biasa. Jas laboratorium sebaiknya berbahan tahan terhadap bahan kimia dan selalu dikancingkan ketika digunakan. Sarung tangan harus sesuai ukuran, tidak sobek, dan diganti  setelah  selesai digunakan. Hindari pemakaian sandal atau sepatu terbuka di laboratorium. Selain itu, APD perlu dirawat secara rutin. Jas laboratorium harus dicuci secara berkala, kacamata pelindung dibersihkan agar tetap jernih, dan masker diganti sesuai aturan pemakaian.

MANFAAT MEMAKAI ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

 Melindungi dari Cedera Fisik

      Bahan kimia berbahaya seperti asam, basa, atau pelarut organik dapat menyebabkan luka bakar atau iritasi pada kulit dan mata. APD seperti sarung tangan dan kacamata keselamatan membantu melindungi tubuh dari kontak langsung dengan bahan kimia yang berpotensi berbahaya.

      Pelindung wajah juga penting untuk melindungi wajah dan mata dari cipratan atau percikan bahan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan serius.

Mencegah Paparan Gas atau Uap Berbahaya

      Beberapa bahan kimia menghasilkan gas beracun atau uap berbahaya saat dipanaskan atau tercampur. Masker atau alat pernapasan melindungi sistem pernapasan dari paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau kerusakan pada saluran pernapasan.

Mencegah Kontaminasi Bahan atau Peralatan

      Sarung tangan, jas lab, dan pelindung lainnya juga berfungsi untuk menghindari kontaminasi silang antara bahan kimia dan peralatan yang digunakan dalam eksperimen. Misalnya, bahan kimia berbahaya yang menempel pada pakaian atau tangan dapat berpindah ke objek lain, menciptakan risiko bagi orang lain yang menggunakan peralatan tersebut.

Mencegah Terpapar Sinar Berbahaya

      Beberapa bahan kimia dan alat laboratorium (seperti lampu UV atau bahan kimia yang menghasilkan radiasi) dapat memancarkan sinar yang berbahaya bagi mata dan kulit. Pelindung wajah dan kacamata keselamatan membantu melindungi dari paparan sinar UV atau radiasi.

Mengurangi Risiko Kecelakaan dan Keracunan

       Bahan kimia yang digunakan dalam laboratorium kimia bisa sangat beracun atau karsinogenik. Dengan menggunakan APD seperti masker atau pelindung mata, risiko keracunan atau masalah kesehatan jangka panjang dapat diminimalkan.

Mematuhi Standar Keselamatan

      Penggunaan APD adalah bagian dari standar keselamatan laboratorium yang diatur oleh berbagai lembaga dan peraturan kesehatan kerja. Memakai APD adalah kewajiban untuk memastikan bahwa eksperimen dilakukan dengan cara yang aman, baik untuk individu maupun lingkungan kerja secara keseluruhan.

Menjaga Kesehatan Jangka Panjang

      Beberapa bahan kimia bisa memiliki efek jangka panjang pada kesehatan, seperti kerusakan organ atau kanker. Dengan menggunakan APD secara rutin, kita bisa meminimalkan paparan terhadap bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan dalam jangka panjang

PEMELIHARAAN DAN PERLINDUNGAN APD

Alat pelindung diri membutuhkan pemeliharaan dan penyimpanan yang benar. Berikut adalah cara yang digunakan:

 1.     Sebelum memulai bekerja di laboratorium, memastikan semua alat perlindungan diri tersedia dan berfungsi dengan baik.

2.     Alat pelindung diri yang telah kadaluarsa, rusak, harus segera dibuang sesuai prosedur pembuangan yang berlaku.

 3.     Setelah pemakaian alat pelindung diri, selalu melakukan pembersihan dengan benar.

 4.     Menyimpan alat pelindung diri dari debu, sinar matahari secara langsung agar terjaga keberfungsiannya.

 5.     Sarung tangan bekas pakai dan masker dimasukkan ke dalam boks pembuangan tersendiri.

CONTOH STUDI KASUS

Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Gigi Kota Pekanbaru tahun 2020, para teknisi sering mengalami jari tertusuk kawat, mata iritasi, bahkan gangguan pernapasan gara-gara debu. Menariknya, meskipun mereka tahu fungsi APD, banyak yang nggak disiplin pakai, karena merasa nggak nyaman. Ditambah lagi, selama bekerja mereka nggak pernah dapat pelatihan APD dari pihak lab. [Sumber: Jihan Natassa dkk., Bina Generasi: Jurnal Kesehatan, 2021].

Tahun 2015, terjadi kecelakaan di Laboratorium Kimia Kualitatif, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Sebanyak 14 mahasiswa terluka, dua di antaranya cukup parah, setelah sebuah labu destilasi meledak karena larutan dibiarkan terlalu lama hingga kering di atas pemanas. meskipun dosen dan asisten sudah menginstruksikan penggunaan jas laboratorium, masker, sarung tangan, dan kacamata pelindung. Namun, sebagian mahasiswa merasa bahan kimia yang digunakan “aman”, sehingga tidak memakai APD secara lengkap.

Pada Agustus 2023, seorang mahasiswi S2 IPB (Program Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan), Laila Atika Sari, meninggal dunia setelah mengalami kebakaran saat melakukan penelitian ekstraksi lemak dengan metode Soxhlet. Kebakaran terjadi pada sekitar pukul 16.00 WIB di laboratorium. Meski IPB sudah memiliki sistem manajemen keselamatan (SMK3L) dan prosedur kerja (SOP), tragedi ini menunjukkan pentingnya pengawasan dan pelatihan K3 yang konsisten di laboratorium akademik.





DAFTAR PUSTAKA

Yayuk Mundriyastutik, Yunita Rusidah, Aprilia Sugiri (2019). Penggunaan alat pelindung (APD) di laboratorium farmasi universitas muhamadiyah kudus. Jurnal Abdimas Indonesia Volume 1 No.2

National Research Council. (2011). Prudent Practices in the Laboratory: Handling and Disposal of Chemicals. National Academies Press.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Laboratorium. Jakarta: Kemenkes RI.

National Research Council. (2011). Prudent Practices in the Laboratory: Handling and Disposal of Chemicals. Washington, DC: National Academies Press.

Ramli S. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat . 2010;

Natassa, J., Ayuningsih, R., & Syahwanda, W. (2021). Penerapan penggunaan alat pelindung diri di laboratorium teknik gigi Kota Pekanbaru. Bina Generasi: Jurnal Kesehatan, 13(1), 8–16.

Fuziah, S. F., Sukma, P. R., & Khastini, R. O. (2022). Cara penanganan kecelakaan kerja di laboratorium. Jurnal Sustainable: Jurnal Hasil Penelitian dan Industri Terapan, 10(1), 8–15.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. (n.d.). Safety – Laboratorium Mikrobiologi. Universitas Islam Indonesia. Diakses 31 Agustus 2025, dari https://fk.uii.ac.id/mikrobiologi/materi/safety/

Occupational  Safety  and  Health  Administration.  (2011).  Laboratory  safety  guidance.

Washington, DC: U.S. Department of Labor.

 

World Health Organization. (2005). Laboratory quality management system: Training toolkit. Content Sheet 2-7: Personal protective equipment (PPE). Geneva: World Health Organization.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolom Kromatografi Dan Prinsip Kerjanya

Segitiga Api dan Rahasia Dibalik Nyala Api

Benarkah Madu Tidak Bisa Kedaluwarsa? Ini Penjelasan Ilmiahnya!