Penyebab Bensin Beraroma Enak dan Rasanya dingin
Berdasarkan gambar di atas ada 8 fraksi yang dihasilkan dalam pengolahan minyak mentah secara destilasi. Pada fraksi gas terjadi pada suhu <30 derajat Celsius dengan jumlah atom karbon 1-4. Dimana fraksi gas berfungsi dalam kehidupan sehari hari sebagai gas LPG dan produk petrokimia dalam industri petrokimia. Pada fraksi petroleum eter terjadi pada suhu 30-60 derajat Celsius dengan atom karbon 5-6. Adapun kegunaan petroleum eter dalam kehidupan sehari-hari ialah sebagai pelarut non polar dan pelarut bersih. Pada fraksi naftan atau ligronin terjadi pada suhu 60-100 derajat Celsius dengan jumlah atom karbon 6-7 bisanya digunakan sebagai zat aditif dan pelarut non polar. Pada fraksi bensin yang mana terjadi pada suhu 40-200 derajat Celsius dengan jumlah atom karbon 5-10 yang berfungsi sebagai bahan bakar kendaraan. Pada fraksi kerosin atau minyak tanah yang mana terjadi pada suhu 175-325 derajat Celsius dengan jumlah atom karbon 12-18 yang berfungsi sebagai minyak tanah dan avtur (mesin jet). Pada fraksi solar yang terjadi pada titik didih 250-400 derajat Celsius dengan jumlah atom karbon >12 dan berfungsi sebagai penghidup mesin diesel. Pada fraksi oli memiliki titik didih 350-500 derajat Celsius dengan atom karbon >20 yang biasanya digunakan sebagai minyak pelumas. Dan terakhir pada fraksi residu dengan titik didih >500 derajat Celsius dengan jumlah atom C >25 yang digunakan sebagai lilin, parafin dan aspal.
Bensin merupakan campuran kompleks yang terutama terdiri atas senyawa-senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon di dalam bensin terdiri atas parafin (Alkana) dengan formula CnH2n+2 dengan struktur rantai, Naftalena CnH2n dengan struktur ring aromatik (Benzena & Naftalena) dengan formula CnH2n6 dan CnH2n-12 dengan struktur ring (Edward E Obert, 1973). Sebagai contoh bensin dalam kehidupan kita yaitu pertalite. Menurut (Luthfi. M., 2017), sebagai bahan bakar cair, pertalite dan premium adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat, dimana molekulnya dapat bergerak bebas. Baik pertalite dan premium adalah campuran berbagai hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok senyawa: parafin, naftena, olefin, dan aromatik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam kandungan hidrogennya. Hasil uji komposisi pertalite dan premium disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut :
Dari data di atas dapat diketahui bahwa penyebab bensin memiliki aroma yang khas disebabkan oleh senyawa benzena. Benzena merupakan salah satu komponen dalam bensin untuk meningkatkan nilai oktan bensin (ATSDR, 2007). Benzena berasal dari senyawa hidrokarbon aromatik yang tidak memiliki warna, memiliki sifat toksik, dan mencemari lingkungan sekitar. Pencemaran benzena terhadap lingkungan berakibat kadar benzena di lingkungan tinggi sehingga mengganggu kesehatan (Rusdiyanto, 2017).
Benzena memiliki aroma yang khas karena struktur molekulnya
yang unik. Molekul benzena terdiri
dari enam atom karbon yang berikatan dalam suatu cincin, dengan satu atom hidrogen yang terikat pada masing-masing
atom karbon. Keunikan struktur ini menyebabkan
benzena memiliki ikatan
phi yang terkonjugasi antar atom karbon,
yang diklasifikasikan sebagai
hidrokarbon aromatik. Ikatan phi kontinu
ini memberikan benzena
sifat khusus yang memungkinkan
molekul tersebut untuk menyebar secara merata di dalam ruang, yang pada gilirannya menyebabkan aroma yang khas dan
harum yang dikenal. Dalam benzena, atom karbon
dalam cincin tersebut dapat berbagi elektron melalui ikatan phi, yang
memungkinkan molekul untuk
menampilkan beberapa bentuk resonansi. Ini menyebabkan molekul benzena memiliki
beberapa bentuk yang berbeda, yang semuanya dapat berkontribusi pada aroma yang dihasilkan.
Resonansi ini juga menyebabkan molekul benzena menjadi stabil, yang penting untuk menjaga aroma yang
khasnya selama waktu yang lama.
Bensin terasa dingin di kulit karena fenomena
fisika yang dikenal
sebagai "efek evaporasi". Ketika bensin dikontak dengan
kulit, proses evaporasi terjadi, di mana molekul bensin dipercepat dan naik ke dalam udara. Proses ini mengurangi suhu rata-rata di permukaan bensin,
membuatnya terasa dingin di kulit (Edward E Obert,
1973).
Evaporasi adalah proses di mana molekul cairan naik ke dalam udara dan menjadi
gas. Dalam kasus bensin,
molekul bensin yang berada di permukaan dapat naik ke dalam udara dengan cepat, mengurangi suhu rata-rata di
permukaan bensin. Ini berbeda dengan gesekan
antara angin dan kulit, di mana gesekan menghasilkan energi panas, bukan
mengurangi suhu (Edward E Obert,
1973).
Selain itu, bensin memiliki titik didih yang rendah
dibandingkan dengan air, yaitu sekitar 100 derajat Celsius.
Ini berarti bahwa
bensin dapat menjadi
cairan pada suhu yang lebih
rendah dibandingkan air, yang juga berkontribusi pada perasaan bahwa bensin terasa
dingin di kulit
(Edward E Obert, 1973).
REFERENSI
ATSDR. (2007). Toxicological Profile for Benzene. In ATSDR’s Toxicological Profiles. https://doi.org/10.1201/9781420061888_ch38.
Edward F Obert. (1973). Internal Combustion Engines and Air
Polution. London: Harper & Row.
Luthfi. M. et al. (2017). Uji Komposisi
Bahan Bakar dan Emisi Pembakaran Pertalite dan Premium. Jurnal
Teknologi Universitas Muhammadiyah Magelang: Magelang.
Rusdiyanto. (2017). Industri Pengolahan
Minyak Bumi Di Indonesia. Jurnal FMIPA Universitas Negeri Padang:
Padang.
Yusron. Z. (2007). Analisis Campuran Bahan Bakar Bensin Dengan Minyak Tanah Pada Pompa Air Agar Biaya
Murah. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 10(2),
155 – 167.
Komentar
Posting Komentar