Monosodium Glutamat Yang Lebih Akrab Dikenal Sebagai Micin Diklaim Bisa Menyebabkan Kebodohan. Mitos Atau Fakta?
MSG adalah molekul garam yang dikombinasikan dengan asam amino L-glutamat. Pada pH netral, asam glutamat hadir dalam organisme hidup sebagai asam amino anionik berkarbon lima, glutamat. Ia membentuk residu asam amino penting dalam protein, dan dimetabolisme menjadi zat antara berkarbon lima dari siklus asam sitrat, alfa-ketoglutarat (2-oksoglutarat). Molekul garam ini digunakan untuk menstabilkan komponen glutamat. Glutamat yang terkandung dalam asam amino berperan sebagai pemberi rasa gurih (umami) (Abdul, 2017).
MSG pertama kali ditemukan pada tahun 1866 oleh ahli kimia Prof. Ritthausen di Jerman yang didapatkan dari hasil hidrolisis gluten gandum. Namun pada tahun 1908 di Jepang, Prof. Kikunae Ikada telah meneliti dengan cara mengekstraksi dan mengkristalkan MSG dari kaldu rumput laut dan menemukan bahwa rasa sedap di dalamnya merupakan kontribusi dari glutamat dalam jumlah yang besar.
MSG bisa ditemukan di hampir semua bahan
dasar makanan, seperti produk susu, daging merah dan ikan, jamur dan tomat, dan
banyak sayuran lainnya. Manusia memproduksi asam glutamat per hari 50
gram.
Berdasarkan survei yang dilakukan persatuan pabrik Monosodium Glutamat dan glutamic acid Indonesia (P2MI), konsumsi MSG di Indonesia mengalami peningkatan dari 100.568 ton menjadi 122.966 ton diperkirakan 1,53 gram/kapita/perhari. Konsumsi MSG di Indonesia terdapat pada tingkat rumah tangga, restoran/ katering, industri pengolahan dan pengepakan makanan. Konsumsi MSG terbesar digunakan oleh rumah tangga (Jangga, 2022).
Apakah micin ada hubungannya dengan fungsi otak manusia?
Dalam hipotalamus terdapat banyak reseptor yang secara khusus responsif terhadap glutamat. Semakin banyak mengonsumsi micin, reseptor otak akan terangsang dan terus bekerja dengan aktif. Jika otak terus aktif maka reseptor otak yang berlebihan mengakibatkan kematian neuron. Neuron sendiri adalah kumpulan sel syaraf yang berfungsi untuk menjalankan fungsi kognitif otak. Kematian neuron akan mengakibatkan fungsi kognitif otak menurun dan menyebabkan otak menjadi lemot atau lambat berpikir. Namun, micin bukan satu-satunya penyebab utama otak menjadi lemot. Ada beberapa hal lain seperti kekenyangan, terlepas makanan tersebut mengandung micin atau tidak.
Dalam sehari setiap individu disarankan untuk tidak mengonsumsi micin lebih dari 1,7 gram agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh.
Ulasan mengenai dampak MSG terhadap kesehatan manusia
1. Tinjauan keselamatan berbasis bukti
Pengamatan: Tubuh manusia tidak membedakan antara glutamat alami dalam makanan dan glutamat tambahan. Ditambahkan MSG jauh lebih rendah dibandingkan asupan glutamat harian dari sumber alami. Oleh karena itu, sulit untuk menghubungkan peran kausal dalam patologi sentral dan endokrin hanya pada MSG yang digunakan sebagai penambah rasa.
Kesimpulan: MSG aman untuk semua tahap siklus hidup. Tidak ditemukan perubahan fungsi sistem saraf atau konsentrasi hormon hipofisis dalam darah. (Henry-Unaeze, 2017) .
2. Penilaian dampak konsumsi MSG terhadap kesehatan manusia
Pengamatan:
Hasil mengenai hubungan asupan MSG dengan CRS dan asma bertentangan. Uji klinis
dengan desain yang lebih baik diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan.
Kesimpulan: Tidak ditemukan efek pemberian MSG terhadap glikemia postprandial dan insulinemia. Tidak ditemukan korelasi antara konsumsi MSG dan obesitas. (Husarova & Ostatnikova, 2013).
Dampak mengonsumsi MSG berlebih, ada penelitiannya?
Ada, dalam salah satu artikel berjudul Headache
and mechanical sensitization of human pericranial muscles after repeated intake
of monosodium glutamate (MSG) menunjukkan bahwa individu yang mengonsumsi
MSG dalam jumlah tinggi dalam makanannya lebih mungkin menderita sakit kepala
dan memiliki sensitivitas otot masseter, dua gejala yang terkait dengan TMD
myofascial. Meskipun jauh dari pasti, temuan ini mungkin menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pola makan dan kerentanan terhadap perkembangan kondisi nyeri
orofasial kronis yang mencakup TMD dan sakit kepala. Dampak lainnya yang
terjadi ialah chinese restaurant syndrom, kerusakan sel saraf, asma,
obesitas dan kegemukan, sakit kepala dan hipertensi, kerusakan sel, serta
kerusakan ginjal dan depresi.
Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), World Health Organization (WHO), Food and Agriculture (FAO), Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menyatakan bahwa MSG adalah bahan penyedap makanan yang aman digunakan. Dapat disimpulkan bahwa makan micin membuat bodoh adalah mitos. Dengan syarat, MSG yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul-Hamid M., Galaly
SR, Ahmed RR, Hamdalla HM Monosodium Glutamat Sebagai Bahan Tambahan Makanan:
Implikasi Toksik dan Peran Protektif Quercetin. Merit Res. J. Med. Med. Sci.
2017; 5 :384–402.
Henry-Unaeze HN. 2017. Update
On Food Safety Of Monosodium L-glutamate (MSG).
Pathophysiology, 24(4), 243–249.
Husarova V, &
Ostatnikova D. 2013. Monosodium Glutamate Toxic Effects And Their Implications
For Human Intake: A Review. The
Journal of Medical Research, 1–12.
Jangga, Latu S, Ningsih
NA, Rosdiana. Pemberdayaan Masyarakat Tentang Cara Mendeteksi
Monosodium Glutamat Pada Makanan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. SELAPARANG J
Pengabdi Masyarakat Berkemajuan. 2022;6(4):1676–80.
Levita, Mia. 2017. Glutamat, Sel T dan Multiple Sclerosis. Jurnal Transmisi Saraf.


Komentar
Posting Komentar