Susu Murni Dapat Menetralisir Racun
Saat melakukan praktikum di lab yang terdapat bahan-bahan kimia, biasanya pembimbing memberikan pengarahan agar para mahasiswanya meminum susu murni, baik sebelum maupun setelah selesai melaksanakan praktikum.
Hal itu dikarenakan susu murni mengandung protein yang baik dan bisa mencegah berbagai racun kimia yang masuk kedalam tubuh. Menurut Prof. Dr Anna Poedjiadi dalam bukunya biokimia, tentang protein, bahwa “partikel ion-ion positif dapat mengendapkan protein antara lain Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, dan lain sebagainya”. Jadi menurut sifat tersebut susu dapat digunakan sebagai antidotum, yang lebih dikenal sebagai penawar racun bila orang mengalami keracunan logam berat.
Pada kehidupan sehari-hari, semua orang tidak bisa lepas dari kemungkinan masuknya zat beracun ke tubuh. Berbagai zat beracun banyak kita jumpai seperti asap kendaraan motor dan mobil. Asap tersebut menimbulkan polusi udara sehingga bila kita menghirupnya secara berlebih akan menimbulkan sesak nafas. Bila hal itu terjadi secara simultan maka efeknya, paru-paru akan mengalami kerusakan.
Belum lagi asap rokok yang mengandung zat nikotin, tar dan sebagainya yang dapat merusak paru-paru dan saraf otak. Biasanya orang sering menyarankan kepada para perokok, untuk memperbanyak konsumsi susu. Hal itu sangat berguna untuk menetralisisr racun dari tembakau dan merangsang pertumbuhan saraf ke otak.
Racun dari polusi udara tidak akan pernah terhindarkan oleh masyarakat kota saat ini, di tambah bagi para perokok yang dapat menjadikan kesehatan terganggu. Maka sangat tepatlah bila mencoba cara yang paling cepat dan dilakukan secara simultan dengan meminum susu yang tepat. Hal ini adalah untuk kebaikan diri sendiri, sehingga bisa menjaga kesehatan dengan baik dan mengobati keracunan akibat racun-racun yang disebabkan oleh partikel bebas.
Di dalam susu terkandung zat yang dikenal dengan antidotum. Antidotum ini mampu menangkap dan mengendapkan racun-racun yang ada. Setelah racun terendap dan dinetralisir oleh sistem tubuh yang mendapat kekuatan dari kandungan susu tersebut, lalu racun itu dikeluarkan melalui feses.
Antidotum umumnya dipergunakan untuk orang yang over dosis, bisa disebut juga dosis toksis dari pengaruh obat. Obat bisa menimbulkan efek samping, bahkan gejala keracunan bila dipergunakan melebihi dosis atau bukan ukuran yang tepat. Bahkan mekanisme tubuh dari tiap individu berbeda-beda dalam menerima obat, sehingga terkadang dapat mempengaruhi, akibatnya orang keracunan obat.
Untuk mengobati dan mengantisipasi gejala keracunan dari obat-obatan tersebut, maka dengan meminum satu gelas air susu mampu menetralisir racun tersebut. Beberapa orang ketika meminum obat untuk penyembuhan, tidak menggunakan susu, alasannya karena susu dapat menetralkan obat tersebut sehingga obat tersebut tidak mampu bekerja sesuai fungsinya.
Susu juga dapat bertindak sebagai penetral racun dengan memasukkan komponen spesifik seperti laktoferin jenis pengikat besi, protein pengikat asam sialat, peptida pengikat asam sialat, dan asam sialat yang mengandung oligo-sakarida Komponen-komponen ini mengganggu pengikatan enterotoksin, termasuk toksin kolera, ke reseptor, sehingga menetralkan toksisitasnya. Besi-laktoferin, khususnya, memiliki aktivitas menetralkan toksin bakteri yang kuat terhadap enterotoksin bakteri. Dosis harian bahan aktif dalam susu sebagai penetral biasanya 0,1-5.000 mg untuk orang dewasa. Penggunaan susu sebagai penetral racun sangat ekonomis karena dapat diperoleh dengan mudah dan murah.
Susu telah diteliti kemampuannya untuk mentransfer kekebalan tubuh dari ibu ke bayi, memberikan perlindungan terhadap penyakit tertentu. Beragam nutrisi dan item fungsional susu membantu merangsang fungsi pencernaan dan mempertahankan ekologi mikroba usus yang beragam, yang dapat menghambat pembentukan racun berbahaya
Sumber :
Akbar, N. (2015). A Milky Way to Healthy Gut: The Probiotic of All Ages. Journal of Probiotics & Health, 3(2):1-2.
Amr, E., Elena N. K., Pavel I. K., Luiz E., Kenneth, K.S.N., George L. M., Tanis C. D., Adam S., Glen D., A., John S. K. (2011). Binding of Clostridium difficile toxins to human milk oligosaccharides. Glycobiology, 21(9):1217-1227.
Adnan, Y.T. (2017). Microbial toxins in dairy products.
Armond, S.G., Stephanie, A.A., Lars, A.H. (1987). The effects of human milk on the recipient infant.
Eckardt, G. (1991). Process for stabilising natural bactericidal quality of milk - uses four similar containers to permanently degas milk through simultaneous rhythmical treatment.
Hiroko, I., Yoshihiro, K., Morimasa, T., Shun'ichi, D., Tadashi, I. (1992). Bacterial toxin neutralizer.
Irvin, E. L. (2002). Toxins in Cow's Milk and Human Milk. Journal of Nutritional & Environmental Medicine, 12(3):175-186.
Lady, L. F. (2010). Milk and Its Hygienic Relations.
Shiddiq, 2011. Susu Dapat Menetralisir Racun. Harian Ekonomi Neraca. https://www.neraca.co.id/article/6098/susu-dapat-menetralisir-racun diakses pada 17 November 2023.
Suguri, T., Onishi, Y. (1999). Neutralizer of cytotoxin.
Tian, S., Wang, W. (2013). Detoxifying milk powder.

Komentar
Posting Komentar