HAFALAN SHALAT DELISA
Diresensi oleh Dhea Aprilliyani
Nama pengarang : Terelliye
Penerbit : Republika penerbit
Tahun terbit : 2005
Jumlah halaman : 270 halaman
Jilid buku :
Tema : Berjuang di jalan Allah
Sinopsis cerita/rangkuman cerita
Novel ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang berusia 6 tahun yang bernama Delisa. Keluarganya, memang bahagia dan berkecukupan. Mereka tinggal di komplek perumahan sederhana di desa Lhok Nga, dekat dengan tubir pantai. Delisa hanya tinggal dengan Umi dan ke-3 saudaranya, Cut Fatimah, Cut Aisyah, Cut Zahra. Karena abinya bekerja di tanker perusahaan minyak internasional. Setiap 3 bulan baru abinya pulang ke rumah. Delisa merupakan anak bungsu, ia merupakan tipikal anak yang berbeda dengan anak lainya. Ia mempunyai rambut ikal dan kulit putih kemerah-merahan bersih. Meskipun perempuan, ia sangat suka bermain bola. Namun sayang, Delisa sangat sulit bangun pagi untuk shalat shubuh.
Pada suatu hari, Delisa mendapat tugas dari sekolahnya. Tugas tersebut adalah menghafalkan bacaan shalat. Delisa giat sekali menghafal bacaan tersebut. Sampai, Cut Aisyah harus selalu mengeraskan bacaan shalatnya ketika shalat. Untuk menambah semangat Delisa, umi membelikan Delisa sebuah kalung. Namun sayang hal ini membuat Cut Aisyah cemburu. Dia cemburu karena kalung yang diberikan ummi padanya tidak sebagus dengan kalung yang diberkan ummi pada Delisa. Ditambah lagi dengan abi yang menjanjikan Delisa sepeda baru jika Delisa mampu menyelesaikan hafalannya. Hal ini membuat kecemburuan Cut Aisyah semakin membara. Cut Aisyah merajuk seharian pada Delisa. Namun keesokan harinya Cut Aisyah sadar bahwa perbuatannya tidak baik. Ia pun akhirnya membuatkan sebuah trik cara cepat menghafal bacaan shalat. Ia menamainya jembatan keledai.
Waktu berjalan sangat cepat, dengan adanya jembatan keledai itu Delisa menghafal bacaan shalatnya lebih cepat dan lancar. Dan keesokan harinya, tanggal 26 Desember 2004, Delisa harus bersiap untuk dites bacaan shalatnya. Semua anak-anak sudah berjejer rapi dihalaman sekolah.
Rapi memakai seragam meskipun hampir semua anak memasang tampang cemas sibuk menghafal hafalannya sendiri. Hari ini Delisa diantar oleh ummi. Setelah masuk, ibu guru Nur masuk kedalam kelas dan memanggil satu persatu anak untuk di tes di depan kelas. Saat ini Delisa sangat gugup. Terlebih mengingat tadi pagi ia lupa bacaan shalatnya. Dan kini giliran Delisa. Delisa menggigit bibir dan maju kedepan. Sedikit gemetar membaca taawudz dan bismilah, lalu mengangkat tangannya dan bersiap untuk shalat sempurna menghadap sang pencipta.
Ketika Delisa mulai membaca bacaan shalatnya, tiba tiba sebuah gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat, lantai sekolah bergetar hebat, genteng berjatuhan. Gelas di meja Bu Nur terjatuh mengenai Delisa. Delisa mengaduh dan mengulang kembali bacaannya dengan gemetar. Delisa sangat takut, terlebih tangannya berdarah mengenai pecahan gelas tadi. Namun Delisa tetap berusaha khusyuk, membacakan bacaan shalatnya dengan sempurna. Berbeda dengan semua orang yang sudah berlarian kesana kemari panik. Setelah gempa reda, Delisa masih membacakan bacaan shalatnya. Dan muncullah kemilau indah dari kerudung Delisa. Setelah beberapa saat, gempa terjadi lagi. Kali ini disertai dengan gelombang tsunami yang dahsyat. Menghancurkan seluruh isi kota banda Aceh. Tepat ketika Delisa mengatakan takbir sebelum sujud, gelombang tsunami tersebut menenggelamkan Delisa. Tubuh Delisa terbawa kesana kemari, menghantam pagar besi, mulutnya terminum berliter-liter air. Beberapa detik kemudian, ibu guru Nur menyelamatkan Delisa, ia menyobek kerudungnya dan melilitkannya pada tubuh Talita yang berada di atas papan. Namun papan itu terlalu kecil, tidak muat untuk berdua, akhirnya dengan keikhlasannya ibu guru Nur rela berkorban untuk menyelamatkan Delisa.
Setelah kejadian ini, berita bermunculan dimana-dimana. Gempa berskala 8,9 richter ini ternyata telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, termasuk ummi dan ke-3 saudara Delisa. Delisa sendiri selamat, ia tersangkut di semak belukar. Kaki kanannya terjepit di dahan semak dan sikunya patah. Muka Delisa biru lebam, sekujur tubuhnya penuh dengan baret dan luka, darahnya membeku. Delisa nyaris telanjang. Dalam pingsannya itu, Delisa bermimpi bertemu dengan umi dan ke-3 saudaranya meninggalkan Delisa sendirian. Mereka masuk ke gerbang yang didalamnya terdapat sebuah taman yang sangat indah seperti surga. Bukan hanya ummi dan saudara-saudaranya, tapi juga Tiur dan keluarganya dan juga ibu guru Nur ikut meninggalkan Delisa sendirian.
Setelah beberapa hari, Delisa sadar. Tubuhnya basah kuyup dan pucat. Tubuh itu gemetar menahan terpaan ribuan bulir air. Ia melihat mayat Tiur ada disampingnya. Delisa sangat ketakutan. Tapi mau bagaimana lagi? Tubuhnya sangat sakit ia tidak bisa bergerak sama sekali. Beruntunglah Allah masih menyayanginya. Karena setiap hari, selalu ada burung yang memberikannya sebuah Apel. Dan setelah 6 hari terjebak, Delisa akhirnya ditemukan oleh seorang prajurit relawan bernama Smith. Prajurit Smith sangat tertegun melihat keadaan Delisa yang masih hidup dan sangat bercahaya bagaikan cahaya-cahaya pelangi yang disatukan. Karena keadaan ini, Smith sangan tertegun hingga hidayah itu datang. Ia menyatakan masuk islam dan memutuskan menjalani kehidupan baru.
Selama di rumah sakit, Delisa dirawat oleh seorang suster bernama Shopie, Delisa sangat syok. Terlebih melihat kaki kanannya yang sudah diamputasi. Dan sikunya juga di geep dan di perban. Dan setelah keadaannya pulih, Delisa pulang ke Lhok Nga bersama abinya. Ia menjalani kehidupan baru disana bersama abinya. Tanpa ummi dan ke-3 saudaranya. Abi juga memutuskan untuk berhenti bekerja di perusahaan tanker minyak. Sekarang ia hanya akan fokus pada Delisa.
Diakhir cerita, Delisa berusaha mengikhlaskan semuanya. Ia juga berhasil melewati ujian shalatnya. Dan entah mengapa, setekah selesai shalat, Delisa menangis, matanya basah. Ia sangat bahagia. Untuk pertama kalinya, ia menyelesaikan shalatnya dengan baik dan sempurna. Setelah shalat, Delisa kembali belajar menggurat kaligrafi diatas pasir, tanpa sadar Delisa menggurat wajah ibunya. Setelah matahari tenggelam, Delisa pulang. Disana, si sebrang sungai, terdapat kemilau kuning yang indah menakjubkan yang memantulkan cahaya. Demi melihat cahaya indah itu, dengan gemetar Delisa menyebrangi sungai. Disana ia melihat sebuah kalung yang umi janjikan untuknya. Dan ternyata disana bukan hanya ada kalung disana juga ada ummi. Delisa mendesis lemah, detik berikutnya, ia jatuh terjerambap kedalam sejuknya air sungai. Semua urusan sudah selesai.
Nama tokoh
Delisa
Aisyah
Zahra
Fatimah
Ummi Salamah
Uatadz Rahman
Abi Usman
Koh Acan
Teuku Umam
Tiur
Ibu Nurmith
Smith Adam
Shopie
Sersan Ahmed
Karakter tokoh
Delisa : baik, paling susah bangun subuh, hobi bermain bola, banyak bertanya, sering meniru dan mengawasi orang dewasa
Hal 2 : setiap pagi selalu begini, ribut membangunkan Delisa
Hal 12 : Delisa adalah anak yang banyak bertanya. Meskipun bandel, delisa memiliki pola pikir yang berbeda dengan anak anak seumuranya. Delisa juga suka mengamati dan meniru orang dewasa. Mengingat detail dengan baik. Dan pandai sekali menghubung-hubungkan sesuatu.
Aisyah : baik, penurut, usil, suka menganggu Delisa,pencemburu
Hal 4 : Aisyah hanya tertawa, memasang tampang tak berdosa. Mengangkat bahu. Aisyah sangat senang menggaggu orang lain.
Hal 28 : beginilah tipikal pencemburu, merasa permasalahan sudah tersampaikan kepada orang lain dengan merajuk tak jelas.
Zahra : baik, penurut, pendiam
Hal 11 : Zahra adalah anak yang sangat kalem dan pendiam
Fatimah : baik, bisa diandalkan, sikapnya sudah seperti uminya
Hal 11 : Fatimah adalah tipikal anak sulung yang bisa diandalkan. Meski masih kelas satu madrasah, dia bisa menggantikan peran uminya dengan baik. Juga partner umi dirumah jika abinya tidak ada, mejaga adik adiknya
Ummi Salamah : baik, perhatian, penuh kasih sayang
Hal 65 : Umi Salamah memang berhati emas. Tak salah jika anaknyapun sama
Ustadz Rahman : Baik
Hal 38 : Ustadz Rahman adalah guru yang baik. Meskipun suka marah marah ke muridnya.
Abi Usman : baik, perhatian, penuh kasih sayang
Hal 30 : ah iya, nanti abi juga kasih hadiah buat Delisa, sepeda!
Koh Acan : baik, dermawan
Hal 20 : tidaklah kalau untuk hadiah hafalan shalat, ummi salamah bayar separuh saja
Teuku Umam : baik, raja jahil
Hal 45 : untuk urusan bola, Teuku Umam paling jago. Tapi Delisa malas bergabung denganya di acara lain karena ia sama saja dengan kak Aisyah Raja jahil.
Tiur : teman baik Delisa
Hal 57 : Tiur adalah teman yang baik , berbuat dua kali lebih baik dengan temanya yang yati itu
Ibu Nur : baik, rela berkorban
Hal 74 : Bu Nur melepas kerudungnya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan papan
Smith Adam : baik, penolong ,penyayang
Hal : 113 : prajurit Smith berdiri di sebelah ranjang Delisa, prajurit inilah yang pertama kali menemukan tubuh Delisa
Shopie : baik, pengertian, penuh kasih sayang
Hal 118 : ia suster muslimah yang baik keturunan Turki, yang berdoa setiap shalatnya agar Delisa sembuh. Meski ia tidak tahu namaa gadis kecil yang berbaring itu.
Sersan Ahmed : baik hati, penolong
Hal 153 : Sersan Ahmed menyambut dari atas helikoopter lantas menyambut dan menggendong Delisa menaiki super puma.
Latar
latar tempat
Rumah Delisa
Hal 4 : Delisa menutup pintu kamar mandi dan langsung pergi ke ruang tengah untuk shalat berjamaah.
Desa Lhok Nga
Hal 5 : Lok Ngha menggeliat dalam remang
Pasar Lhok Nga
Hal 19 : pasar Lhok Ngha sangat ramai pagi ini.
Toko Mas
Hal 20 : mereka memang selalu kesini kalau membeli perhiasan
Lapangan sepak bola
Hal 44 : empat ratus meter dari rumahnya, lapangan itu persis berada di pantai Lhok Ngha.
Pantai Lhok Ngha
Hal 57 : satu jam kemudian Delisa sudah duduk menatap pantai Lhok Ngha.
Sekolah
Hal 64 : mereka sudah berjejer rapi di halaman sekolah.
Rumah dekat kampus Universitas Helsinki
Hal 79 : malam itu, di dekat rumah kampus Universitas Helsinki yang bermandikan lampu hias.
Tempat penguburan massal
Hal 165 : esok sorenya. Di kuburan massal itu..
Rumah sakit
Hal 237 : lampu ruangan UGD menyilaukan mata Delisa.
latar waktu
1. Pagi hariHal 24 : malamnya, Aisyah yang duduk bersama Zahra juga terdiam
Siang hari
Hal 43 : setelah makan siang bersama umi, Delisa kembali ke ayunan di bawah pohon jambu
Sore hari
Hal 45 : hari semakin sore, matahari beranjak turun.
latar suasana
menyebalkan
hal 3 : mata Delisa menatap merah, sayu setengah terpejam. Mulutnya menguap. Pipinya mengukir kepulaun nusantara. Tanganya mengacak acak muka.
Bahagia
Hal 16 : lingkaran kalung! Delisa segera berteriak meloncat dari ayunan
Menyenangkan
Hal 44 : Suara ombak memecah bibir pantai menambah suasana menyenangkan itu.
Menegangkan
Hal 65 : ibu guru Nur mengambil daftar absen dan mulai memanggil satu persatu anak untuk membaca hafalan shalatnya di depan kelas
Mengerikan
Hal 67 : gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias lebur seketika. Lhok Ngha menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat Delisa lantai sekolah bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam menghajar pantai.
Menakutkan
Hal 70 : gelombang tsunami sudah menghantam bibir pantai Lhok Ngha.
Menyedihkan
Hal 78 : yang banyak disini hanyalah kesedihan. Yang banyak disini hanyalah muka muka kehilangan. Yang banyak disini adalah sisa sisa kerusakan. Mayat! Bangunan hancur! Pohon tumbang! Tumpukan sampah!
Iba
Hal 91 : muka Delisa biru lebam, sekujur tubuhnya juga penuh baret dan luka, sisa garutan pelepah pohon kelapa, ranting ranting pohon lainya, betis kananya sungguh menyedihkan.
Menyedihkan, tragis
Hal 105 : mayat mayat yang bergelimpangan, tanpa lengan, tanpa tangan.
Menakjubkan
Hal 108 : ya Allah, tubuh itu bercahaya. Tubuh yang ditatapnya bercahaya. Berkemilauan menakjubkan. Lihatlah! Lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan satu.
Tenang, lega
Hal 142 : entah bagaimana dia bisa menjelaskan semua kebahagiaan itu. Puji syukur ya Allah, akhirnya keajaiban itu ada
Alur cerita
Cerita ini menggunakan alur maju dan mundur (campuran)
Awal cerita
Novel ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang berusia 6 tahun yang bernama Delisa. Keluarganya ,memang bahagia dan berkecukupan. Mereka tinggal di komplek perumahan sederhana di desa Lhok Nga, Dekat dengan tubir pantai. Delisa hanya tinggal dengan Umi dan ke-3 saudaranya, Cut Fatimah, Cut Aisyah, Cut Zahra. Karena Abinya bekerja di Tanker perusahaan minyak Internasional. Setiap 3 bulan baru Abinya pulang ke rumah. Delisa merupakan anak bungsu, ia merupakan tipikal anak yang berbeda dengan anak lainya. Ia mempunyai rambut ikal dan kulit putih kemerah merahan bersih. Meskipun perempuan, ia sangat suka bermain bola. Namun sayang, Delisa sangat sulit bangun pagi untuk shalat Shubuh.
Masalah mulai muncul
Pada Suatu hari, Delisa mendapat tugas dari sekolahnya. Tugas tersebut adalah menghafalkan bacaan shalat. Delisa giat sekali menghafal bacaan tersebut. Sampai sampai, Cut Aisyah harus selalu mengeraskan bacaan shalatnya ketika shalat. Untuk menambah semangat Delisa, Umi membelikan Delisa sebuah kalung. Namun sayang hal ini membuat Cut Aisyah cemburu. Dia cemburu karena kalung yang diberika Ummi padanya tidak sebagus dengan kalung yang diberkan ummi pada Delisa. Ditambah lagi dengan Abi yang menjanjikan Delisa sepeda baru jika Delisa mampu menyelesaikan hafalanya. Hal ini membuat kecemburuan Cut Aisyah semakin membara. Cut Aisyah merajuk seharian pada Delisa. Namun keesokan harinya Cut Aisyah sadar bahwa perbuatanya tidak baik. Iapun akhirnya membuatkan sebuah trik cara cepat menghafal bacaan shalat. Ia menamainya jembatan keledai.
Masalah semakin memuncak
Waktu berjalan sangat cepat, dengan adanya jembatan keledai itu Delisa meghafal bacaan shalatnya lebih cepat dan lancar. Dan keesokan harinya, tanggal 26 Desember 2004, Delisa harus bersiap untuk dites bacaan shalatnya. Semua anak anak sudah berjejer rapi dihalaman sekolah. Rapi memakai seragam meskipun hampir semua anak memasang tampang cemas sibuk menghafal hafalanya sendiri. Hari ini Delisa diantar oleh Ummi. Setelah masuk, Ibu guru Nur masuk kedalam kelas dan memanggil satu persatu anak untuk di tes di depan kelas. Saat ini Delisa sangat gugup. Terlebih mengingat tadi pagi ia lupa bacaan shalatnya. Dan kini giliran Delisa. Delisa menggigit bibir dan maju kedepan. Sedikit gemetar membaca taawudz dan bismilah, lalu mengangkat tanganya dan bersiap untuk shalat sempurna menghadap sang pencipta.
Masalah memuncak (klimaks)
Ketika Delisa mulai membaca bacaan shalatnya, tiba tiba sebuah Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat, lantai sekolah bergetar hebat, genteng berjatuhan. Gelas di meja bu Nur terjatuh mengenai Delisa. Delisa mengaduh dan mengulang kembali bacaanya dengan gemetar. Delisa sangat takut, terlebih tanganya berdarah mengenai pecahan gelas tadi. Namun Delisa tetap berusaha khusyuk, membacakan bacaan shalatnya dengan sempurna. Berbeda dengan semua orang yang sudah berlarian kesana kemari panik. Setelah gempa reda, Delisa masih membacakan bacaan shalatnya. Dan munculah kemilau indah dari kerudung Delisa. Setelah beberapa saat, gempa terjadi lagi. Kali ini disertai dengan gelombang tsunami yang dahsyat. Menghancurkan seluruh isi kota banda Aceh. Tepat ketika Delisa mengatakan takbir sebelum sujud, gelombang tsunami tersebut menenggelmkan Delisa. Tubuh Delisa terbawa kesana kemari, menghantam pagar besi, mulutnya terminum berliterliter air. Beberapa detik kemudian, Ibu guru Nur menyelamatkan Delisa,ia menyobek
kerudungnya dan melilitkanya pada tubuh Talita yang berada di atas papan. Namun papan itu terlalu kecil, tidak muat untuk berdua, Akhirnya dengan keikhlasanya Ibu Guru Nur rela berkorban untuk menyelamatkan Delisa.
Setelah kejadian ini, berita bermunculan dimana dimana. Gempa berskala 8,9 richter ini ternyata telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, termasuk Ummi dan ke-3 saudara Delisa. Delisa sendiri selamat, ia tersangkut di semak belukar. Kaki kananya terjepit di dahan semak dan sikunya patah. Muka Delisa biru lebam, sekujur tubuhnya penuh dengan baret dan luka, darahnya membeku. Delisa nyaris telanjang. Dalam pingsanya itu, Delisa bermimpi bertemu dengan Umi dan ke-3 saudaranya meninggalkan Delisa sendirian. Mereka masuk ke gerbang yang didalamnya terdapat sebuah taman yang sangat indah seperti surga. Bukan hanya ummi dan saudara saudaranya, tapi juga Tiur dan keluarganya dan juga ibu guru Nur ikut meninggalkan Delisa sendirian.
Ketegangan menurun (anti klimaks)
Setelah beberapa hari, Delisa sadar. Tubuhnya basah kuyup dan pucat. tubuh itu gemetar menahan terpaan ribuan bulir air. Ia melihat mayat Tiur ada disampingnya. Delisa sangat ketakutan. Tapi mau bagaimana lagi? Tubuhnya sangat sakit ia tidak bisa bergerak sama sekali. Beruntunglah Allah masih menyayanginya. Karena setiap hari, selalu ada burung yang memberikanya sebuah Apel.dan setelah 6 hari terjebak, Delisa akhirnya ditemukan oleh seorang prajurit relawan bernama Smith. Prajurit Smith sangat tertegun melihat keadaan Delisa yang masih hidup dan sangat bercahaya bagaikan cahaya cahaya pelangi yang disatukan. Karena keadaan ini, Smith sangan tertegun hingga hidayah itu datang. Ia menyatakan masuk islam dan memutuskan menjalani kehidupan baru.
Selama di rumah sakit, Delisa dirawat oleh seorang suster bernama Shopie, Delisa sangat syok. Terlebih melihat kaki kananya yang sudah diamputasi. Dan sikunya juga di geep dan di perban. Dan setelah keadaanya pulih, Delisa pulang ke Lhok Nga bersama Abinya. Ia menjalani kehidupan baru disana bersama Abinya. Tanpa ummi dan ke3 saudaranya.Abi juga memutuskan untuk berhenti bekerja di perusahaan Tanker minyak. Sekarang ia hanya akan fokus pada Delisa.
Penyelesaian/akhir cerita
Diakhir cerita, Delisa berusaha mengikhlaskan semuanya. Ia juga berhasil melewati ujian shalatnya. Dan entah mengapa, setekah selesai solat, Delisa menangis, matanya basah.ia sangat bahagia. Untuk pertama kalinya, ia menyelesaikan shalatnya dengan baik dan sempurna. Setelah solat, Delisa kembali belajar menggurat kaligrafi diatas pasir, tanpa sadar Delisa menggurat wajah ibunya. Setelah matahari tenggelam, Delisa pulang. Disana, si sebrang sungai, terdapat kemilau kuning yang indah menakjubkan yang memantulkan cahaya. Demi melihat cahaya indah itu, dengan gemetar Delisa menyebrangi sungai. Disana ia melihat sebuah kalung yang umi janjikan untuknya. Dan ternyata disana bukan hanya ada kalung disana juga ada ummi. Delisa mendesis lemah, detik berikutnya, ia jatuh terjerambap kedalam sejuknya air sungai. Semua urusan sudah selesai
Konflik/masalah yang muncul
Konflik/masalah yang muncul dalam cerita ini adalah seorang anak yang berusia 6 tahun bernama Delisa yang berusaha menghafalkan bacaan shalat. Ia sangat bekerja keras menghafalkan bacaan tersebut. Awalnya memang ia menghafalkanya semata mata hanya karena hadiah kalung dari uminya. Namun lama kelamaan Delisa sadar, hingga Akhirnya pada saat ujian bacaan shalat itu, ketika Delisa hampir berhasil menyelesaikan bacaan Shalatnya, tepat ketika Delisa akan mempersembahkan sujudnya yang terbaik, Tepat pada saat itu terjadi gempa disertai gelombang
tsunami dengan kekuatan 8,9 richter. Hampir 15000 orang meninggal akibat bencana alam ini. Termasuk umi dan ke-3 saudara Delisa. Hanya Delisa yang selamat. Itupun dengan keadaan yang sangat Tragis. Ini benar benar sebuah keajaiban. Hingga setelah 6 hari kejadian itu, Delisa ditemukan dalam keadaan masih bernafas. Membuat prajurit yang menolongnya takjub dan kemudian masuk islam.Delisa hidup kesepian hanya dengan Abinya. Namun di akhir cerita Delisa terpeleset ke dalam sungai dan bertemu dengan umminya di surga
Sudut pandang
novel ini menggunakan sudut pandang orang ke 3 serba tahu
Majas/ gaya bahasa
Majas personifikasi
Hal 5 : cahaya matahari menyemburat dari balik bukit yang memagari kota.
Hal 44 : Suara ombak memecah bibir pantai menambah suasana menyenangkan itu.
Hal 119 : Air laut menjilat jilat pantai
Majas Hiperbola
Hal 22 : kecemburuan itu bagai api yang membakar semak kering. Cepat sekali menyala. Melalap apa saja di sekitarnya. Itulah yang terjadi.
Hal 69 : ombak besar itu sangat mengerikan, seperti sabut yang dilewati ombak raksasa. Menggentarkan menyaksikan tenaganya.
Hal 70 : rumah bagai sabut yang disapu air
Hal 107 : matahari sekali lagi garang membakar tubuhnya.
Amanat
Teruslah bersyukur atas apa yang telah Allah berikan pada kita
Jangan pernah putus asa dan tetap semangatlah menjalanai hidup ini
Sayangilah keluargamu seperti mereka menyayangimu
Ulasan:
Keunggulan dan kelemahan buku yang dibaca
Bahasa yang digunakan
Menurut saya bahasa dalam cerita ini aga berat. Lalu ada beberapa kata juga yang belum bisa dimengerti seperti kata kata yang menggunakan bahasa Aceh.
Kebermanfaatan isi cerita
cerita ini cocok dibaca untuk umum. Karena ceritanya sangat menginspirasi. Seperti Delisa yang berusaha keras untuk menghafal bacaan shalat.
Alur/isi cerita
Menurut saya Alurnya agak bertele tele. Jadi terllau banyak menceritakan keseharian sehingga di awal awal agak bosan.
Kesan setelah membaca buku tersebut
Menurut saya buku ini sangat menyentuh hati. Bagaimana seorang gadis kecil mengajarkan kita arti kesabaran dalam menghadapi cobaan, bagaimana seorang gadis kecil ingin mempersembahkan shalat yang sempurna untuk-NYA.
Mengaitkan nilai-nilai yang ada cerita dengan kehidupan sehari-hari
Nilai religius : kisah Delisa mengajarkan kita bahwa sudah sepatutnya kita sebagai orang islam berusaha menyembahkan shalat kita yang sempurna pada Allah swt seperti halnya Delisa yang berusaha tetap khusyuk dalam shalatnya, meskipun tsunami telah menerpanya.
Komentar
Posting Komentar