DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN

Diresensi oleh : Dhea Aprilliyani


Pengarang : Tere Liye Penerbit : Gramedia pustaka

Jumlah halaman : 264 halaman Cetakan ketujuh : September 2012 Cover buku :



Sinopsis


Inilah aku Tania. Aku hidup bersama adiku-Dede dan ibuku di jalanan yang miskin dan nestapa. Ayahku sudah meninggal sejak aku kecil karena menderita penyakit TBC. Dulu, sebelum ayahku meninggal Aku hidup lebih beruntung. Ekonomi keluargaku mencukupi meskipun hanya sekedar untuk biaya makan dan sekolah. Setidaknya aku dan Dede pada saat itu tidak perlu bekerja. Ayahku pada saat itu bekerja sebaga kuli bangunan. Aku, ibu dan Dede tinggal di rumah kontrakan kecil. Saat itu aku masih sekolah. Dede juga baru berusia 3 tahun.


Setelah ayahku meninggal, kehidupanku menjadi kacau balau. Setelah 3 bulan menunggak, kami terusir dari kontrakan tersebut. Ibu pontang panting mencari tempat berteduh. Tak ada keluarga yang kami miliki di kota ini. Dan akhirnya sampailah kami pada pilihan rumah kardus. Aku berhenti sekolah. Jangankan sekolah untuk makan saja susah. Ibu bekerja serabutan. Apa saja yang bisa ia kerjakan, ia kerjakan. Sayang, ibu lebih sering sakit dan semakin lama semakin parah. Kata orang orang yang membuat ibu sakit parah bukan karena fisiknya, tapi karena beban pikiranya. Itu memang benar. Akhirnya mau tidak mau Aku dan Dede terpaksa menjadi pengamen. Membawa kencrengan dari tutup botol sambil bernyanyi nyanyi. Berangkat pagi pulang malam. Tak masalah, aku hanya ingin membuat ibu senang. Namun terkadang aku iri melihat teman teman yang lain yang masih bisa sekolah, Tidak sepertiku.

Suatu hari ketika malam sudah larut. ketika aku sedang dalam perjalanan pulang, tanpa sengaja aku menginjak paku payung di dalam bus. Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, aku tak tahu kenapa paku payung tersebut ada di situ dan menghujam kakiku yanag sehelai pun tak beralas saat melewatinya.   Aku menahan tangis, tanganku gemetar mencabut paku payung yang cukup besar dan tertanam dalam telapak kakiku. Darah yang keluar dari kakiku cukup banyak. Pada saat itu seseorang yang sedang duduk di kursi bus menghampiriku. Dia Danar, dia sangat baik. Dia telah menolongku dari tusukan paku payung yang tajam itu. Dia juga telah berbaik hati memberikan Aku dan Dede sepasang sepatu baru dan mengantarkan kami pulang sampai ke rumah.


Semakin lama kak Danar semakin dekat dengan keluargaku. Dia sering memberikan kami sesuatu yang berharga dan juga perhatian. Dia bahkan menyekolahkanku kembali. Dia juga sering memberikan Dede mainan. Sungguh dia bagaikan malaikat dalam keluarga kami. Aku berjanji aku akan selalu menghormatinya. Dulu aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak. Namun sekarang aku tak tahu, selalu ada yang berbeda saat aku bersamanya. Aku selalu merasa bahagia saat berada disampingnya, darisitu aku mulai merasakan apa itu cinta. Ibuku tahu bahwa aku mencintai dia. Namun apakah pantas aku mencintai malaikat dalam keluarga kami? Pantaskah aku seorang anak kecil yang masih polos dan berkepang dua mencintai laki laki dewasa seperti dia ? rasanya itu mustahil.


Dia sangat baik, dia selalu membawakan kami makanan, memberikanku buku buku dan permainan. Belakangan ini kondisi Ibupun sudah membaik. Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja menjadi tukang cuci laundry mahasiswa. Penghasilan Ibu dan hasil mengamen kami cukup untuk mengontrak kamar sederhana.


Suatu hari kak Danar membawa pacarnya kerumahku namaya Ratna. Aku tak peduli, aku benci keadaan ini. Hari itu aku mulai mengenal kata cemburu. Bukankah selama ini kalau kami pergi entah kemana, akulah yang lenganya digenggam? Akulah yang kepalanya diusap? aku tidak terima. Itu jelas jelas posisiku. Namun semakin lama aku sadar. Aku tidak boleh seperti ini. Aku tidak boleh egois. dia tidak seperti dugaanku. Kak Ratna juga sebenarnanya baik. Bahkan sangat baik, dia tidak seperti dugaanku.


Semakin lama usaha ibuku semakin berkembang. Dia sekarang tidak lagi bekerja sebagai tukang cuci sekarang dia berjualan kue dan menitipkanya pada setiap warung. Hasilnya lumayan ibu bisa membelikan kami sebuah kontrakan baru. Namun Ketika tiga bulan sebelum lulus Sd, ibu jatuh sakit. Penyakit Ibu kambuh lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Setelah di bawa kerumah sakit, Dokter memvonis bahwa ibu ternyata terkena kanker stadium IV dan tak lama dari kejadian itu Ibu meninggal. Aku sedih dan tak bisa menerima kenyataan ini. Termasuk Dede dia sealalu menanyakan hal hal tentang Ibu. Bahkan pada saat pemakaman dia tidak mau pulang. Untunglah ada kak Danar yang bisa membujuk Dede.


Setelah ibu meninggal, Kami tinggal berempat. Kak Danar dan kak Ratna sangat baik padaku dan Dede. Setelah lulus Sd aku mendaftarkan diri untuk ikut beasiswa di Singapura. Ini sebenarnya adalah ide kak Danar. Awanya aku menolak, karena aku harus berpisah dengan

adiku dan dia. Namun ini demi Ibu hingga akhirnya aku diterima di sekolah tersebut. Selama di Singapura, setiap hari aku sealalu bertukar kabar dengan Dede, Kak Danar dan juga Kak Ratna lewat Email. Kami berempat semakin dekat dan sudah seperti keluarga.


Hingga pada suatu hari Dede mengabarkanku bahwa Kak Danar dan Kak Ratna akan menikah. Dari situ, aku sangat sakit hati sampai sampai aku tetap di Singapura dan aku tidak menghadiri hari ulang tahun mereka. Kak Ratna dan Kak Danar sudah membujuku agar aku bisa datang di hari pernikan mereka. Tapi aku tidak bisa, aku tidak siap. Bahkan Kak Ratna sampai datang ke Singapura hanya untuk membujuku, namun aku tetap menolak. Sejak saat itu aku putus hubungan dengan mereka berdua terutama Kak Danar. Aku merasa bahwa dia menjauhiku.


Hari hari berjalan seperti biasa. Akupun sudah belajar mengikhlaskan mereka berdua. Namun Dede mengabariku kembali bahwa Kak Ratna dan Kak Danar bertengkar. Kak Danar selalu pulang malam dan jarang pulang. Bahkan mereka berdua hampir bercerai., Karena keadaan semakin panas, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Aku pulang bersama Adi. Karena mereka berdua sudah kuanggap sebagai keluargaku, maka masalah ini harus benar benar di selesaikan. Masalah ini tidak boleh dianggap sepele. Aku pulang dan menemui dia dan menanyakan padanya apa yang sedang terjadi.   Aku membicarakanya baik baik dan ternyata Kak Danar melakukan itu karena dia mencintaiku. Aku kaget ketika hal tersebut . Jujur aku senang. Tapi aku tidak boleh egois, mereka sudah menikah. Aku kecewa padanya. Kenapa disaat dia sudah menikah dia baru mengakuinya? Kenapa tidak dari dulu?. dia menjawab karena dia merasa terlalu tua untuk mencintai anak kecil sepertiku. Namun semuanya sudah terlambat. Aku mengatakan padanya bahwa Kak Ratna sedang hamil dan dia menunggu kedatangan Kak Danar setiap saat dan esoknya aku pergi kembali ke Singapura dan menemukan pilihan rasional seperti yang dkatakan Anne.


Tema : sebuah keikhlasan Tokoh :

  1. Aku ( Tania)

  2. Adiku (Dede)

  3. Ibu

  4. Dia ( Kak Danar)

  5. Kak Ratna

  6. Anne

  7. Adi



watak/karakter tokoh

  1. Aku (Tania) : Baik, Pekerja keras,cerdas

Hal 15 : “aku dan Dede terpaksa menjadi pengamen. Membawa kencrengan dari tutup botol. Menyanyikan lagu lagu dewasa. Berangkat pagi dan pulang malam malam ditempa kehidupan jalanan.

Hal 36 : Aku mengurus berkas beasiswa ASEAN Scholarship. Beasiswa yang memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan SMP di Singapura.”

  1. Dede : suka merajuk, segala sesuatu harus dituruti, baik, suka membantu Tania

Hal 10 : “pernah Dede marah tidak mau pulang saat kami tiba di Terminal ujung kota. Hari sudah menjelang malam. Dede keukeuh bertahan di sana. Terpaksa aku dan adiku menginap di emperan pos jaga polisi. Ibu cemas menunggu di rumah. Hanya gara gara Dede ingin membeli es nambo dan aku tidak membelikanya. Dede sampai merajuk sepanjang malam.

Hal 15 : “aku dan Dede terpaksa menjadi pengamen. Membawa kencrengan dari tutup botol. Menyanyikan lagu lagu dewasa. Berangkat pagi dan pulang malam malam ditempa kehidupan jalanan.


  1. Ibu : baik,pekerja keras, sayang pada anak anaknya

Hal 15 : “Ibu bekerja serabutan, apa saja dikerjakan demi anak anaknya. Sayang ibu sering sakit dan semakin lama semakin parah.”


  1. Danar : baik, perhatian, suka menolong, bertanggung jawab

Hal 13 : “Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan sapu tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam kemudian membungkusnya perlahan lahan.”

Hal 14 : “ Dia amat menyenangkan,dia benar benar menjadi malaikat kami.”

Hal 89 : “ Dia memang masih bertanya pada adiku,tetapi itu tak lebihkarena dia memang selalu bertanggung jawab pada seseorang”


  1. Kak Ratna : baik, sabar

Hal 30 : “Kak Ratna adalah orang yang baik dan bukan pemarah,“ kak Ratna pagi pagi mengantarkan pakaian ganti.menyuruh kami mandi.Kak Ratna Bahkan sibuk membantu Dede berganti pakaian. Dia sibuk menelepon beberapa kali entah kemana (mungkin menelepon kantornya, mungkin menelepon sekolah kami).


  1. Anne : baik,sahabat Tania, sang motivator

Hal 52 : “Aku memang dekat denganya, Anne satu satunya sahabatku di Singapura. Sahabat terbaik”


  1. Adi : baik, bucin.

Hal 7 : “ketahuilah Tania, aku bisa menghentikan hujan ini, tetapi itu hanya bisa kulakukan jika aku tidak sedang dengan orang yang aku cintai. Dan malam ini aku sepertinya tidak bisa melakukanaya.”


Latar

  1. Latar tempat

    1. Toko buku

Hal 4 : “dari lantai toko buku paling besar di kota ini, kalian bisa melihat dengan leluasa pemandangan jalan besar yang ramai.”

  1. Sumur

Hal 9 : “Adiku, Dede lebih lama lagi berkutat di sumur, tubuhnya jauh lebih kotor”

  1. Di dalam bus

Hal 11: “oh ibu, ada paku payung tergeletak di tengah tengah bus”

  1. Rumah kardus

Hal 13 : “malam itu dia mengantarkan kami pulang ke rumah kardus dekat sungai di jalan akses kota”

  1. Tempat fotokofian

Hal 17 : “mereka sepayung berdua menuju salah satu gerai fotokopian”

  1. Toko alat tulis

Hal 18 : “ esok harinya setelah dari toko ini bersamanya, jadwalku berbeda seratus delapan puluh derajat.”

  1. Dufan

Hal 21 : “sepanjang kami di dunia fantasi, Kak Ratna selalu berdiri di sebelahnya. Berjalan bersisian. Bergandeng tangan mesra.”

  1. Warung makan

Hal 37 : “aku dan adiku hanya berdiam diri saja. Tersenyum seadanya. Makan dengan malas, dan banyak termenung berdua.

  1. Bandara

Hal 39 : “aku menginjakan kaki ke gerbara pesawat. Ini penerbanganku yang pertama”

  1. Singapura

Hal 39 : “waktu berjalancepat. Hari hariku penuh dengan hal hal baru di Singapura.”

  1. Hotel

Hal 51 : “kami tiba di hotel.”

  1. China Town

Hal 53 : “kami makan malam di China Town.”

  1. Toko kue

Hal 95 : “hari pertama hanya dihabiskan di toko kue.”

  1. Pacinan

Hal 96 : “malamnya kami menuju ke Pacinan”

  1. Rumah Adi

Hal 104 : “kami makan siang di rumah. Adi membantu menyiapkan masakan. Dia memang jago masak”

  1. Perusahaan Pialang

Hal 110 : “di kantor ini, kalian harus berani menanggung resiko”

  1. Apartemen

Hal 110 : “aku naik lift lagi menuju lantai dua apartemenku”

  1. Halaman belakang rumah

Hal 112 : “aku menemukan tante Ratna sedang menangis di halaman belakang rumah”


  1. Latar waktu

    1. Malam hari

Hal 5 : “setiap malam aku datang ke toko buku ini. Sudah menjadi aktualku seminggu sekali.”

  1. Sore hari

Hal 9 : “ sore itu, ibu menggosok tubuh hitam dekilku.”

  1. Pagi hari

Hal 17 : “pagi pagi aku berangkat ke sekolah”

  1. Siang hari

Hal 102 : “siang itu dia datang kerumah entah apa alasanya”


  1. Latar suasana

    1. Damai,tentram

Hal 4 : “ malam ini hujan turun lagi, seperti malam malam yang lalu. Menyenangkan, mambuat suasana di luar terlihat damai menentramkan.”

  1. Ramai

Hal 5 : “beberapa remaja berkumpul ramai disana”

  1. Kesal,malas

Hal 8 : “sungguh malas menceritakan satu persatu tingkah laku cowo yang mendekatiku dengan berbagai kejadian lainya.”

  1. Sedih

Hal 11 : “aku menahan tangis. Jongkok.meletakan kantong plastik yang berisi uang recehan.”

  1. Bahagia

Hal 13 : “aku akan kembali sekolah”

  1. Sedih, kacau

  2. Hal 15 : “saat ayahku meninggal, semuanya jadi kacau balau. Setelah 3 bulan menunggak, kami terusir dari kontrakan tersebut. Ibu pontang panting mencari tempat berteduh. Tak ada keluarga yang kami miliki di kota ini.”

  3. Cemburu,kesal,iri

Hal 21 : “seketika hati kecilku tak terima. Sakit hati! Jelas jelas itu posisiku! Aku benci sekali.”

  1. Bangga

Hal 23 : “ibu menangis haru, saat pembagian rapor,namaku disebut sebagai murid yang tertinggi nilai rapornya.”

Hal 37 : “aku melanjutkan smp ku di Singapura dengan bantuan beasiswa”

  1. Terharu

Hal 56 : “aku menahan denting air mata. Hari itu aku bahagia sekali. Liontin itu pasti istimewa.”

  1. Menyesakan

Hal 112 ; ‘ potongan teka teki itu tiba tiba datang kepadaku. Menyesakan, membuat kembali masa lalu itu.”


Alur

Cerita ini menggunakan alur campuran (maju,mundur) karena urutan peristiwanya dimulai dari masa kini kemudian pergi ke masa lalu dan kembali lagi kemasa kini.

  1. Awal cerita

Inilah aku Tania. Aku hidup bersama adiku-Dede dan ibuku di jalanan yang miskin dan nestapa. Ayahku sudah meninggal sejak aku kecil karena menderita penyakit TBC. Dulu, sebelum ayahku meninggal Aku hidup lebih beruntung. Ekonomi keluargaku mencukupi meskipun hanya sekedar untuk biaya makan dan sekolah. Setidaknya aku dan Dede pada saat itu tidak perlu bekerja. Ayahku pada saat itu bekerja sebaga kuli bangunan. Aku, ibu dan Dede tinggal di rumah kontrakan kecil. Saat itu aku masih sekolah. Dede juga baru berusia 3 tahun.


  1. Masalah mulai muncul

Setelah ayahku meninggal, kehidupanku menjadi kacau balau. Setelah 3 bulan menunggak, kami terusir dari kontrakan tersebut. Ibu pontang panting mencari tempat berteduh. Tak ada keluarga yang kami miliki di kota ini. Dan akhirnya sampailah kami pada pilihan rumah kardus. Aku berhenti sekolah. Jangankan sekolah untuk makan saja susah. Ibu bekerja serabutan. Apa saja yang bisa ia kerjakan, ia kerjakan. Sayang, ibu lebih sering sakit dan semakin lama semakin parah. Kata orang orang yang membuat ibu sakit parah bukan karena fisiknya, tapi karena beban pikiranya. Itu memang benar. Akhirnya mau tidak mau Aku dan Dede terpaksa menjadi pengamen. Membawa kencrengan dari tutup botol sambil bernyanyi nyanyi. Berangkat pagi pulang malam. Tak masalah, aku hanya ingin membuat ibu senang. Namun terkadang aku iri melihat teman teman yang lain yang masih bisa sekolah, Tidak sepertiku.


  1. Masalah semakin memuncak

Suatu hari ketika malam sudah larut. ketika aku sedang dalam perjalanan pulang, tanpa sengaja aku menginjak paku payung di dalam bus. Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, aku tak tahu kenapa paku payung tersebut ada di situ dan menghujam kakiku yanag sehelai pun tak beralas saat melewatinya. Aku menahan tangis, tanganku gemetar mencabut paku payung yang cukup besar dan tertanam dalam telapak kakiku. Darah yang keluar dari kakiku cukup banyak. Pada saat itu seseorang yang sedang duduk di kursi bus menghampiriku. Dia Danar, dia sangat baik. Dia telah menolongku dari tusukan paku payung yang tajam itu. Dia juga telah berbaik hati memberikan Aku dan Dede sepasang sepatu baru dan mengantarkan kami pulang sampai ke rumah.


  1. Masalah memuncak (klimaks)

Semakin lama kak Danar semakin dekat dengan keluargaku. Dia sering memberikan kami sesuatu yang berharga dan juga perhatian. Dia bahkan menyekolahkanku kembali. Dia juga sering memberikan Dede mainan. Sungguh dia bagaikan malaikat dalam keluarga kami. Aku berjanji aku akan selalu menghormatinya. Dulu aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak. Namun sekarang aku tak tahu, selalu ada yang berbeda saat aku bersamanya. Aku selalu merasa bahagia saat berada disampingnya, darisitu aku mulai merasakan apa itu cinta. Ibuku tahu bahwa aku mencintai dia. Namun apakah pantas aku mencintai malaikat dalam keluarga kami? Pantaskah aku seorang anak kecil yang masih polos dan berkepang dua mencintai laki laki dewasa seperti dia ? rasanya itu mustahil.

Dia sangat baik, dia selalu membawakan kami makanan, memberikanku buku buku dan permainan. Belakangan ini kondisi Ibupun sudah membaik. Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja menjadi tukang cuci laundry mahasiswa. Penghasilan Ibu dan hasil mengamen kami cukup untuk mengontrak kamar sederhana.


Suatu hari kak   Danar membawa pacarnya kerumahku namaya Ratna. Aku tak peduli, aku benci keadaan ini. Hari itu aku mulai mengenal kata cemburu. Bukankah selama ini kalau kami pergi entah kemana, akulah yang lenganya digenggam? Akulah yang kepalanya diusap? aku tidak terima. Itu jelas jelas posisiku. Namun semakin lama aku sadar. Aku tidak boleh seperti ini. Aku tidak boleh egois. dia tidak seperti dugaanku. Kak Ratna juga sebenarnanya baik. Bahkan sangat baik, dia tidak seperti dugaanku.


Semakin lama usaha ibuku semakin berkembang. Dia sekarang tidak lagi bekerja sebagai tukang cuci sekarang dia berjualan kue dan menitipkanya pada setiap warung. Hasilnya lumayan ibu bisa membelikan kami sebuah kontrakan baru. Namun Ketika tiga bulan sebelum lulus Sd, ibu jatuh sakit. Penyakit Ibu kambuh lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Setelah di bawa kerumah sakit, Dokter memvonis bahwa ibu ternyata terkena kanker stadium IV dan tak lama dari kejadian itu Ibu meninggal. Aku sedih dan tak bisa menerima kenyataan ini. Termasuk Dede dia sealalu menanyakan hal hal tentang Ibu. Bahkan pada saat pemakaman dia tidak mau pulang. Untunglah ada kak Danar yang bisa membujuk Dede.


  1. Ketegangan menurun (Anti klimaks)

Setelah ibu meninggal, Kami tinggal berempat. Kak Danar dan kak Ratna sangat baik padaku dan Dede. Setelah lulus Sd aku mendaftarkan diri untuk ikut beasiswa di Singapura. Ini sebenarnya adalah ide kak Danar. Awanya aku menolak, karena aku harus berpisah dengan adiku dan dia. Namun ini demi Ibu hingga akhirnya aku diterima di sekolah tersebut. Selama di Singapura, setiap hari aku sealalu bertukar kabar dengan Dede, Kak Danar dan juga Kak Ratna lewat Email. Kami berempat semakin dekat dan sudah seperti keluarga.


Hingga pada suatu hari Dede mengabarkanku bahwa Kak Danar dan Kak Ratna akan menikah. Dari situ, aku sangat sakit hati sampai sampai aku tetap di Singapura dan aku tidak menghadiri hari ulang tahun mereka. Kak Ratna dan Kak Danar sudah membujuku agar aku bisa datang di hari pernikan mereka. Tapi aku tidak bisa, aku tidak siap. Bahkan Kak Ratna sampai datang ke Singapura hanya untuk membujuku, namun aku tetap menolak. Sejak saat itu aku putus hubungan dengan mereka berdua terutama Kak Danar. Aku merasa bahwa dia menjauhiku.


  1. Tahap Penyelesaian /peleraian (ending)

Hari hari berjalan seperti biasa. Akupun sudah belajar mengikhlaskan mereka berdua. Namun Dede mengabariku kembali bahwa Kak Ratna dan Kak Danar bertengkar. Kak Danar selalu pulang malam dan jarang pulang. Bahkan mereka berdua hampir bercerai., Karena keadaan semakin panas, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia.

Aku pulang bersama Adi. Karena mereka berdua sudah kuanggap sebagai keluargaku, maka masalah ini harus benar benar di selesaikan. Masalah ini tidak boleh dianggap sepele. Aku pulang dan menemui dia dan menanyakan padanya apa yang sedang terjadi. Aku membicarakanya baik baik dan ternyata Kak Danar melakukan itu karena dia mencintaiku. Aku kaget ketika hal tersebut . Jujur aku senang. Tapi aku tidak boleh egois, mereka sudah menikah. Aku kecewa padanya. Kenapa disaat dia sudah menikah dia baru mengakuinya? Kenapa tidak dari dulu?. dia menjawab karena dia merasa terlalu tua untuk mencintai anak kecil sepertiku. Namun semuanya sudah terlambat. Aku mengatakan padanya bahwa Kak Ratna sedang hamil dan dia menunggu kedatangan Kak Danar setiap saat dan esoknya aku pergi kembali ke Singapura dan menemukan pilihan rasional seperti yang dkatakan Anne.



Konflik/ masalah yang muncul


Konflik yang muncul dalam cerita ini yaitu kehidupan Tania yang seba kekurangan. Karena Ayahnya meninggal, sejak itu hiduo Tania menjadi kacau. Untuk mkan sehari haripun susah. Akibatnya Tania beserta Ibu dan adiknya harus tinggal di rumah kardus. Tania berhenti sekolah karena ibunya sering sakit sakitan. Tania dan Dede harus juga harus mengamen setiap hari dari pagi sampai sore untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


Konfik lain yang mucul dalam cerita ini yaitu Tania yang mencintai Kak Danar, orang yang dia anggap sebagai malaikat dalam keluarganya. Konflik ini disebabkan karena kehidupan Tania dan keluarganya. Setiap hari Tania dan adiknya selalu mengamen. Dan pada suatu hari Tania menginjak sebuah paku payung dalam bus dan kemudian Kak Danar menolongnya dan mengantarkanya pulang. Sejak saat itulah perasaan Tania mulai mengembang dan pada akibatnya Tania harus rela merasakan sakit hati apalagi ketika Tania mengetahui bahwa Kak Danar dan Kak Ratna akan segera menikah. Karena Tania berfikir bahwa dia tidak pernah mencintai Tania.


Sudut pandang


Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai tokoh utma. Karena si penulis menuliskan ceritanya sendiri di dalam novel tersebut dan si penulis menjadi tokoh utamanya. Ciri lainya yaitu menggunakan kata “aku” .


Majas/gaya bahasa

  1. Majas perumpamaan

    1. Hal 3 : “dia bagai malaikat bagi keluarga kami”

    2. Hal 3 : “biarlah aku luruh kebumi seperti sehelai daun.”

    3. Hal 4 : “kalian bak masuk kedalam akuarium”

    4. Hal 64 : “padam seketika, seperti nyala lilin yang disiram segentong air besar”

    5. Hal 85 : “aku akan terbang seperti sehelai daun”

    6. Hal 103 : “ amat berat leherku menoleh seperti digunduli beban yang berkilo kilo”

    7. Hal 113 ; “aku seperti sedang bersaing dengan sebuah layangan”

  2. Majas hiperbola

    1. Hal 17 : “ jalanan semakin mengular. Macet semakin parah”

    2. Hal 68 : “aku menyeka mataku yang mulai mengembun”

    3. Hal 68 : “hujan semakin menggila diluar “

    4. Hal 69 : “aku berjanji tidak akan menanagis segetir apapun hidup yang kulalui”

  3. Majas personifikasi

    1. Hal 17 : “cahaya lampu jalan membasuh jalan. Beradu dengan bunyi klakson.”

    2. Hal 107 : “ angin berembus lembut memainkan anak rambutku”

    3. Hal 126 : “aku memperhatikan rumput yang menyala indah ditimpa cahaya lampu”

  4. Majas metafora

    1. Hal 85 : “dia sedang memasang cincin permata di jari manis kak Ratna”


Amanat


Tidak ada yang perlu disesali dan ditakuti di dunia ini. Ini semuanya adalah takdir dari Tuhan dan kita harus menerimanya. Kita harus selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan pada kita.


Biarkanlah dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya entah kemana. Dan kami akan mengerti, memahami dan menerimanya. Intinya meskipun Kak Dana telah menjadi milik orang lain tapi Tania harus mengerti, memahami dan menerimanya bahwa dia memang bukan jodoh Tania.



Ulasan :

Keunggulan dan kelemahan buku

  1. Bahasa yang digunakan

Menurut saya bahasa yang digunakan buku ini terlalu berat sehingga ada banyak makna yang sulit untuk dipahami (terlalu banyak kata kiasan).

  1. Isi cerita/ alur cerita

Isi cerita ini menarik dan tahapan alurnya pun bertahap. Namun ketika sedang ada di masa lalu tiba tiba ada di masa sekarang, lalu balik lagi ke masa lalu jadi menurut saya terlalu rumit meskipun tahapanya benar menggunakan alur campuran.

  1. Kebermanfaatan isi cerita

Cerita ini cocok dibaca untuk usia remaja sampai dewasa. menurut saya jika dibaca oleh anak anak kurang pas karena bahasa nya sulit dipahami dan isinya menyangkut orang dewasa yaitu tentang cinta dan kemiskinan.


Kesan setelah membaca buku tersebut

Isi cerita buku ini menarik. Setelah saya membaca buku ini saya jadi mengetahui bagaimana keadaan orang orang yang kurang mampu di luar sana. Saya menjadi termotivasi untuk lebih giat lagi belajar agar bisa membahagiakan orang tua. Selain itu kita juga lebih termotivasi untuk bersyukur atas setiap nikmat yang Tuhan beri pada kita.

Mengaitkan nilai nilai yang ada di dalam cerita kepada kehidupan sehari hari

  1. Nilai moral yaitu kita harus tetap berusaha. Selagi kita yakin, kita pasti bisa melewati semua ujian yang Tuhan beri pada kita.

  2. Nilai agama yaitu kita harus selalu bersyukur atas kenikmatan yang Tuhan beri pada kita

  3. Nilai sosial yaitu kita harus saling tolong menolong sesama manusia, membantu orang yang sedang kesusahan/ kurang mampu.

  4. Nilai pendidikan yaitu kita harus belajar dengan sungguh sungguh. Kita tidak boleh kalah dengan Tania. Seorang anak dari keluarga sederhana yang bekerja sebagai pengamen tetapi bisa mendapatkan beasiswa sampai ke Singapura.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolom Kromatografi Dan Prinsip Kerjanya

Segitiga Api dan Rahasia Dibalik Nyala Api

Benarkah Madu Tidak Bisa Kedaluwarsa? Ini Penjelasan Ilmiahnya!